Tari Sigeh Pengunten, Tari Sambutan Khas Lampung

Tari Sigeh Pengunten, Tari Sambutan Khas Lampung – Tari Sigeh Pengunten adalah salah satu tarian tradisional khas Lampung yang memiliki peran penting dalam upacara penyambutan tamu kehormatan. Tari ini tidak hanya menampilkan keindahan gerakan, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai luhur masyarakat Lampung, seperti penghormatan, keramahan, dan kehangatan dalam menerima tamu.

Nama “Sigeh” dalam bahasa Lampung berarti memberi salam atau sambutan, sedangkan “Pengunten”p bermakna permohonan maaf atau permisi. Jika digabungkan, “Sigeh Pengunten” dapat diartikan sebagai salam penghormatan sekaligus permohonan maaf apabila ada kekurangan dalam penyambutan. Makna ini menggambarkan sikap rendah hati dan penuh tata krama yang menjadi ciri khas masyarakat Lampung.

Tari Sigeh Pengunten awalnya berkembang di lingkungan adat dan biasanya ditampilkan saat menyambut tamu penting, seperti pejabat negara, tokoh masyarakat, atau tamu undangan dalam acara adat. Seiring berjalannya waktu, tarian ini mulai tampil di berbagai acara formal, festival budaya, hingga pertunjukan pariwisata, menjadikannya salah satu ikon seni pertunjukan Lampung.

Menurut sejarahnya, tarian ini merupakan adaptasi dari tradisi penyambutan tamu yang dilakukan oleh masyarakat Lampung Pepadun. Dalam adat Lampung, tamu dianggap sebagai titipan Tuhan, sehingga penyambutan harus dilakukan dengan penuh kehormatan. Filosofi inilah yang kemudian diwujudkan dalam gerakan lemah gemulai, senyum tulus para penari, serta pemberian sirih sebagai tanda penerimaan.

Gerakan dalam Tari Sigeh Pengunten sangat khas. Penari membawakan kemban (selendang) dan tepak sirih yang berisi daun sirih, pinang, kapur, dan gambir. Tepak sirih ini nantinya diserahkan kepada tamu sebagai simbol persahabatan dan penghormatan. Seluruh gerakan penari mengandung makna tersendiri, mulai dari langkah kaki yang mantap, kibasan selendang, hingga tatapan mata yang ramah. Semua ini menjadi wujud bahasa tubuh yang menyampaikan pesan: “Kami menerima Anda dengan tangan terbuka.”

Musik pengiringnya biasanya menggunakan alat musik tradisional Lampung, seperti gamolan, gendang, dan gong, yang berpadu membentuk irama lembut namun anggun. Lagu-lagu pengiringnya pun kerap berisi lirik yang mengungkapkan doa dan harapan baik bagi tamu yang datang.

Kostum, Properti, dan Makna Simbolis

Salah satu daya tarik Tari Sigeh Pengunten adalah busana penari yang sarat dengan nilai estetika dan simbol budaya. Para penari biasanya mengenakan pakaian adat Lampung yang didominasi warna emas dan merah. Warna emas melambangkan kemakmuran, keagungan, dan kehormatan, sedangkan warna merah menggambarkan keberanian dan semangat masyarakat Lampung.

Bagian paling menonjol dari kostum ini adalah mahkota yang disebut Siger. Siger adalah mahkota khas wanita Lampung yang berbentuk lengkungan menyerupai tanduk, biasanya berwarna emas dan dihiasi ornamen indah. Mahkota ini melambangkan martabat, kebanggaan, dan kemuliaan wanita Lampung. Siger bukan hanya hiasan kepala, tetapi juga simbol status sosial dan identitas budaya.

Selain Siger, penari juga mengenakan baju kurung berbahan songket, kain tapis, serta berbagai aksesoris seperti kalung buah jukum, gelang kano, dan pending (ikat pinggang). Seluruh busana ini memerlukan keahlian khusus dalam pembuatannya karena menggunakan teknik tenun tradisional yang diwariskan secara turun-temurun.

Properti utama yang digunakan dalam tarian ini adalah tepak sirih. Tepak sirih biasanya terbuat dari kuningan atau perak, dihias ukiran tradisional, dan diisi dengan sirih, pinang, kapur, dan gambir. Dalam budaya Lampung, sirih melambangkan keramahan, keakraban, serta niat tulus untuk menjalin hubungan baik. Pemberian sirih kepada tamu menjadi tanda penerimaan mereka sebagai bagian dari keluarga besar masyarakat Lampung.

Gerakan dalam Tari Sigeh Pengunten terdiri dari beberapa rangkaian, mulai dari sigeh, ngiyap, hingga gerakan mengangkat tepak sirih untuk diserahkan. Setiap gerakan dilakukan secara serempak dan harmonis, menunjukkan kekompakan para penari. Wajah penari selalu dihiasi senyum ramah, karena ekspresi ini menjadi bagian dari penyampaian pesan sambutan.

Makna simbolis tarian ini begitu dalam. Misalnya, langkah maju penari menggambarkan keterbukaan masyarakat Lampung terhadap tamu, sedangkan gerakan tangan yang lembut menandakan sikap santun. Kibasan selendang melambangkan kebahagiaan dalam menyambut kedatangan tamu, sementara posisi tubuh yang tegap menunjukkan rasa percaya diri dan penghargaan terhadap budaya sendiri.

Tidak hanya menjadi pertunjukan seni, Tari Sigeh Pengunten juga memiliki nilai pendidikan karakter. Melalui tarian ini, generasi muda diajarkan untuk menghargai tamu, menjaga sopan santun, dan bangga terhadap budaya daerah. Oleh karena itu, banyak sekolah di Lampung yang mengajarkan tarian ini kepada siswa sebagai bagian dari pelajaran seni budaya.

Kini, Tari Sigeh Pengunten juga menjadi salah satu daya tarik pariwisata. Wisatawan lokal maupun mancanegara yang berkunjung ke Lampung seringkali disambut dengan tarian ini, terutama saat acara resmi atau festival budaya. Hal ini membantu memperkenalkan kekayaan seni Lampung ke dunia internasional sekaligus menjaga kelestariannya di tengah arus modernisasi.

Kesimpulan

Tari Sigeh Pengunten bukan hanya sekadar tarian penyambutan, tetapi juga representasi nilai-nilai luhur masyarakat Lampung. Setiap gerakan, busana, dan properti yang digunakan memiliki makna mendalam tentang penghormatan, keramahan, dan kehangatan dalam menerima tamu.

Keindahan tarian ini tidak hanya terletak pada gerakannya yang anggun dan busananya yang megah, tetapi juga pada filosofi yang dikandungnya. Melalui Tari Sigeh Pengunten, kita dapat melihat bagaimana seni tradisi mampu menjadi jembatan yang menghubungkan masa lalu dan masa kini, sekaligus memperkuat identitas budaya di tengah perkembangan zaman.

Dengan terus melestarikan Tari Sigeh Pengunten, masyarakat Lampung tidak hanya mempertahankan warisan leluhur, tetapi juga menyampaikan pesan universal tentang pentingnya sikap saling menghormati dan menyambut tamu dengan tulus. Tarian ini akan selalu menjadi simbol kebanggaan dan keramahan masyarakat Lampung bagi siapa pun yang datang berkunjung.

Scroll to Top